Muhammad Subhan
Kotaku memberiku hidup dan menghidupi orang-orang. Di sana ada laut yang memberi hidup. Ada sungai yang memberi hidup. Ada pasar yang memberi hidup. Ada sekolah yang memberi hidup. Ada tambang yang memberi hidup. Ada teknologi yang memberi hidup. Ada kendaraan yang memberi hidup. Ada jalan yang memberi hidup. Ada sawah dan ladang yang memberi hidup. Ada cinta yang memberi hidup. Dan ada segalanya yang memberi hidup.
Namun di tengah kehidupan kotaku dan hidupku. Kenapa masih ada orang-orang hidup, lalu mati dilindas nasibnya sendiri; Si Puti mati bunuh diri karena suaminya kawin lagi. Si Upik juga mati menegak racun setelah kesuciannya direnggut si Buyung, pacarnya. Si Surti yang masih bayi ikut mati karena ibunya membuang ia ke kali sebab lahir dari hubungan gelap dengan bapaknya yang tak bertanggung jawab. Si Sudin yang anak jalanan mati dilindas kendaraan umum ketika ia menadahkan tangan meminta sedekah di simpang lampu merah. Si Sidi mati di rumah sakit setelah sekarat menegak narkoba di luar dosis. Si Malin yang tukang cukur rambut ikut pilih mati karena tak mampu menanggung beban hutang sebalik pinggang. Dan, banyak lagi cerita tentang kematian di tengah cerita kehidupan di kotaku yang tak pernah mati.
Semua cerita itu akrab kubaca dan nyaris selalu ada di tiap lembar koran pagi kala aku sarapan dan menegak secangkir kopi.
Semuanya begitu tragis!
Padang Panjang, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar