KabarIndonesia - Suhu di luar pagi itu menunjukkan angka sembilan derajat Celcius, cukup dingin untuk standard suhu di awal musim gugur. Dengan mengenakan sebuah sweater di dalam rumah, saya berharap dapat membuat suhu badan sedikit lebih hangat karena heater di rumah sedang rusak dan belum sempat diperbaiki. Ternyata meskipun dengan beberapa lapis pakaian yang sedang saya kenakan belum juga mampu menghangatkan badan, mungkin karena kondisi badan saya waktu tidak sehat, alias sedang tampak tanda-tanda terkena flu lagi padahal baru dua minggu sebelumnya sudah terserang flu.
Di sebuah sofa yang berukuran cukup besar di salah satu kamar di lantai atas, saya berusaha duduk santai setelah meneguk segelas teh hangat dan madu. Saya membuka notebook dan mulai menulis. Di tengah konsentrasi saat sedang asyik menulis, tiba-tiba dikejutkan oleh suara suami yang menemui saya di ruang kamar. Teriaknya, "Earthquake!" Karena saya sedang konsentrasi penuh dan tidak berpikir macam-macam saat itu, saya tidak menanyakan lebih lanjut tetapi tetap saja terus menulis. Hingga beberapa saat kemudian suami saya kembali menemui saya dan mengatakan, "Five hundred die. Big earthquake!"
Saat itu baru saya terjaga bahwa pasti yang dimaksudkan suami adalah gempa bumi di Indonesia. Saya langsung bertanya di mana lokasi gempa dan jawabnya di Sumbar, Padang. Saya menghela napas panjang. Saat itu saya tercenung dan bertanya di dalam hati, mengapa terjadi di Indonesia lagi padahal baru beberapa waktu yang lalu gempa bumi terjadi di Jabar. Keinginan untuk membaca berita mengenai gempa di Padang tertunda karena sang suami menyodorkan sebuah obat untuk segera saya minum agar tak jatuh sakit. Oleh karena perut harus terisi lebih dahulu sebelum meminumnya, maka dengan kekuatan yang ada, saya mencoba memasak makanan siang yang cukup ringan.
Menjelang sore hari keinginan untuk membaca berita tersebut berlalu karena kesibukan mengurus anak sepulang sekolah dan berlanjut kembali dengan mempersiapkan makan malam. Setengah gelas Theraflu yang telah bercampur dengan air panas saya teguk di akhir makan malam. Satu jam kemudian, saya pun sudah terlelap dengan mudahnya karena pengaruh obat tersebut.
Keesokan harinya, mulailah saya teringat mengenai gempa bumi di Padang. Di saat itu pun saya teringat akan seorang rekan Editor HOKI yang bernama Muhammad Subhan yang baru saja beberapa bulan yang lalu baru pindah ke kota Padang. SMS pun saya kirimkan selain pesan di Facebook dengan harapan akan mendapat kabar darinya dan memastikan bahwa ia beserta keluarga dalam keadaan baik-baik. Hingga malam hari pun belum ada balasan, maka segera saya edarkan sebuah email kepada seluruh rekan-rekan Editor dan Redaksi dengan doa agar ia beserta keluarga selamat dalam lindungan Tuhan.
Pagi ini seluruh rekan-rekan Redaksi dan Editor HOKI cukup lega karena telah mendapatkan berita darinya yang menyatakan bahwa rekan kita, Muhammad Subhan beserta keluarga dalam keadaan sehat. Berikut adalah warta yang dikirimkannya ke Redaksi HOKI:
Kawan-kawan yang budiman...
Terima kasih atas doa dan perhatian kawan-kawan buat saya di Sumbar. Alhamdulillah, saya dan keluarga selamat dr musibah yang luar biasa dahsyatnya. Ketika gempa, saya dan keluarga berada di Padang Panjang--2 jam perjalanan kendaraan dari Padang. Gempa juga ikut merusak banyak rumah di Padang Panjang, termasuk rumah kontrakan saya.
Ketika terjadi gempa, Rabu sore, semua saluran telekomunikasi terputus. Listrik padam. Akses jalan ke kota Padang putus total karena puluhan titik terjadi longsor yang hebat. Hari itu juga saya ingin menembus Padang karena ada keluarga di sana yang ketika itu tidak dapat dihubungi dan tidak tahu keberadaannya di mana. Ternyata gempa memorak-porandakan kota Padang. Hampir seluruh bangunan besar rubuh. Ratusan orang meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Saya baru berhasil menembus Padang Sabtu (2/10) kemarin, dan baru kembali ke Padang Panjang Minggu malam (3/10). Alhamdulillah, setelah melakukan pencarian ke sana kemari, keluarga saya akhirnya ketemu dan mereka telah mengungsi ke daerah agak ketinggian karena ketika gempa, terjadi isu tsunami. Maka berhamburanlah banyak orang meninggalkan kota Padang berlarian ke bukit-bukit. Selama pencarian keluarga ini pula saya tidak dapat mengakses internet karena tidak adanya jaringan, demikian juga alat telekomunikasi lainnya terputus.
Saat ini Padang masih parah kondisinya. Listrik belum normal. Air tidak ada. Makanan dan obat-obatan terbatas. Maka, saya mewakili korban gempa, mohon kawan-kawan di luar Sumbar berkenan menggalang bantuan berupa: makanan, obat-obatan, tenda, selimut, tikar, pakaian bayi, pembalut wanita dan pakaian dalam. Lokasi terparah di kota Padang dan labupaten Padang Pariaman. Namun juga perlu perhatian bantuan untuk daerah-daerah sekitarnya yang juga parah, seperti: Pesisir Selatan, Solok, Pasaman dan Mentawai. Daerah-daerah pinggiran kota yang disebutkan itu belum terjamah sama sekali, apalagi dari liputan media.
Demikian sementara kabar dari saya. Sekali lagi terima kasih atas doa kawan-kawan sekalian.
Melalui email yang saya kirimkan ke rekan-rekan Redaksi dan Editor telah mendapatkan banyak tanggapan, di antaranya sebuah info penting dari seorang rekan Editor lainnya, Sdr. Dito berupa info dari Ikatan Dokter Indonesia untuk mereka yang berniat membantu dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
- Menjadi Relawan Medis dapat berkontak ke Dr. Daeng 08889197790 atau 0818380861;
- Menyumbangkan Dana ke rekening IDI Peduli: DOMPET AMAL IDI PERDULI, BANK BNI CABANG MENTENG, REK. NO 0010737598;
- Menyumbangkan Obat dan Peralatan medis ke PB IDI, Jl. Sam Ratulangie 29 Jakarta. Telpon. 021-3150679. Kontak Dr. Rosita Rivai: 0811934815.
Kepada rekan-rekan yang berkedudukan di luar negeri, dapat memberikan bantuannya secara online melalui Operation Blessing International dengan alamat website di bawah ini: http://www.ob.org/disasterrelief/index.asp?gclid=CIPb7sLdn50CFSFRagodWzur_Q
Mari kita galang bersama bantuan untuk korban gempa yang terjadi di mana saja di bumi Ibu Pertiwi ini, tidak hanya berupa materi saja tetapi doa dan bantuan tenaga Anda pun diperlukan. Mulailah membentuk posko-posko kecil di wilayah tempat tinggal Anda.
Di akhir warta ini, tak lupa saya menyampaikan pesan dari seluruh rekan-rekan Redaksi dan Editor HOKI bahwa kami beserta seluruh Pewarta dan Pembaca setia HOKI turut bersedih dan berbela sungkawa kepada mereka/ para korban yang kehilangan sanak keluarga dan harta benda. Kiranya Tuhan YME menjadi satu-satunya tempat kekuatan dalam menghadapi bencana ini. Amin. (*)
Ditulis oleh: Fida Abbott di Pennsylvania
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&jd=Warta+Redaksi+tentang+Gempa+di+Padang&dn=20091004001503
Tidak ada komentar:
Posting Komentar