Sabtu, 31 Juli 2010
Antara Cut Tari, Luna Maya dan Saya
Oleh Muhammad Subhan
Saya tidak memasukkan nama Ariel pada judul diatas. Pertama, alasannya, terlalu panjang. Kedua, Ariel sudah cukup terkenal. Apalagi setelah terseret skandal vidoe seks, yang kebetulan, baru diributkan media massa. Dan, ketiga, mungkin saja saya bisa ikut numpang terkenal ketika menderetkan nama saya dengan para selebritis populer seperti Cut Tari dan Luna Maya.
Tapi apakah saya ikut-ikutan terseret skandal itu, ah, entahlah. Jujur, saya kenal dekat dengan Cut Tari dan Luna Maya, karena setiap pagi diam-diam saya ikut nguping tayangan gosip di televisi swasta yang diputar istri saya. Tapi apakah Cut Tari dan Luna Maya kenal saya, ini persoalan juga saya kira. Lalu apakah ada beredar pula video saya dengan kedua wanita itu, wah, tak tahu saya kalau itu sampai terjadi dan bagaimana bisa.
Terlepas ada tidaknya video saya dengan Cut Tari dan Luna Maya, saya benar-benar prihatin melihat penghakiman luar biasa yang dilakukan media massa terhadap kedua perempuan itu. Hampir setiap hari di televisi cerita tentang mereka menjadi berita utama, mengalahkan issue Century yang makin redup, lebih wah dari kasus pembantaian aktivis pro Palestina, lebih semarak dibanding perhelatan Pilkada kepala daerah yang tinggal menghitung hari.
Tentu, itu terjadi lantaran Ariel, Cut Tari, Luna Maya, dan sejumlah nama artis yang dikaitkan lainnya adalah publik figur di dunia hiburan yang gemerlap dan sering diperbincangkan dan menjadi idola sejumlah orang. Dan, persoalan seks sejak zaman baheula selalu menarik diperbincangkan karena terkait moral. Apalagi ketika skandal itu diekspose dan beredar, diunduh oleh jutaan orang, dimuat menjadi berita utama di koran-koran, atau menjadi kupasan bibir pembawa acara tayangan infotaintmen di layar kaca.
Tapi persoalannya apakah itu cukup penting menjadi tontonan publik yang juga punya hak privasi untuk dilindungi, khususnya anak-anak dan remaja? Selayak pertanyaan, apakah Ariel, Cut Tari dan Luna Maya masihkah punya moral, demikian pula apakah cukup bermoral media yang saban hari menyiarkan aib mereka? Siapakah yang paling bermoral, artis pelaku skandal seks atau media massa yang mengungkap skandal itu?
Siapapun tahu, dunia artis yang gemerlap rentan penyimpangan seks meski tidak semua mereka melakukan itu. Dan, kasus Ariel, Cut Tari, Luna Maya, hanya gunung es dari sekian kasus lainnya yang tak terungkap. Sama halnya dengan kasus suap menyuap yang melibatkan oknum aparat, kasus korupsi yang dilakoni oknum pejabat, maupun kasus-kasus lainnya yang terjadi di belahan bumi Nusantara yang menyebabkan orang miskin bertambah miskin dan bencana melanda dimana-mana.
Saya tidak paham benar apakah pemberitaan tentang skandal seks Ariel, Cut Tari, Luna Maya itu salah satu bentuk hiburan semata yang disuguhkan media massa atau berupaya memberikan pendidikan seks kepada generasi muda. Ya, pendidikan disertai contoh bahwa apa yang diungkapkan media adalah salah satu jenis dampak seks yang menyimpang plus akibat yang terjadi jika dilakukan. Tapi cukup pentingkah bagi generasi muda yang selama ini mereka masih pusing memikirkan biaya pendidikan yang cukup tinggi, lapangan kerja yang sulit, atau biaya hidup yang kian melangit?
Atau pemberitaan itu malah melahirkan kasus-kasus serupa yang dilakoni para remaja kita seperti yang sebelumnya pernah dihebohkan di berbagai daerah; remaja usia pelajar yang melakukan mesum di bilik kost lalu direkam di dalam kamera handphone, bahkan ada pula yang berani melakukannya di ruang kelas mereka sendiri? Entah kenistaan apa lagi yang pantas diungkapkan.
Tapi inilah wajah Indonesia yang sulit ditutupi lantaran topeng yang membalut bopeng itu telah rusak dan diinjak-injak. Media massa yang seharusnya berfungsi edukasi malah lebih senang ngerumpi. Walau tidak semua media terjebak di lobang yang sama, setidaknya sebagian besar pengelola media di negeri ini ‘sepakat’ menayangkan aib demikian dengan alasan mendongkrak rating dan pasar.
Entahlah, pening saya. Walau sejujurnya saya kenal dekat dengan Ariel, Cut Tari dan Luna Maya, saya tidak mau mempersoalkan apakah mereka kenal atau tidak dengan saya. Yang pasti, kalau profesi saya sebagai Penghulu, saya akan nikahkah mereka, meski tak segampang yang saya kira. []
Sumber: http://korandigital.com/?pg=articles&article=7560
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar