Ketika ibu mengandung, sakit di atas sakit dirasakannya. Ketika kita lahir, ibu tersenyum. Kita yang pertama kali mengotori tangan dan tubuhnya dengan kotoran kita.
Ketika kita beranjak balita, ibu pula yang tak dapat tidur siang malam, agar seekor nyamuk pun jangan menyentuh tubuh kita. Ketika masuk sekolah, ibu rela berhutang sana sini agar kita dapat membusungkan dada seperti anak-anak lain yang memiliki sepatu dan buku. Ketika kita sudah mengenal cinta, di hadapan penghulu ibu menangis karena kita akan pergi meninggalkannya, mengikuti suami dan istri kita. Ketika kita sudah punya anak-anak dan sibuk dengan pekerjaan kita, ibu menunggu di muka rumah, duduk termenung di dekat tangga, kapan anaknya pulang. Bukan membawa uang untuknya, tapi memeluknya erat penuh cinta.
Ibu, maafkan anakmu ini...
(Muhammad Subhan, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar