Sabtu, 02 Januari 2010

Maksiat dan HAM, Seputar Kasus “Warkel” di Bulan Ramadhan

Oleh: Muhammad Subhan

HERAN, ketika petugas Satpol PP Kota Bukittinggi melakukan razia warung kelambu (warkel) serta sejumlah objek-objek maksiat lainnya seperti café remang-remang dan panti pijat plus, masih ada juga orang yang membela pelaku maksiat. Persoalan Hak Azasi Manusia (HAM) menjadi alasan pembelaan yang dilakukan.

Pertanyaannya, manusia apa yang perlu dihargai hak azasinya ketika kemaksiatan dilakukan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi disaat umat muslim sedang melaksanakan ibadah puasa di bulan suci ini? Layakkah orang yang bermaksiat dihargai hak azasinya?

Salut pada umara (pemerintah kota Bukittinggi) dan ulama (MUI beserta ormas Islam) yang kompak melakukan pemberantasan terhadap segala bentuk kemaksiatan di kota itu. Sejak awal Ramadhan, hingga hari ini, aparat pemko Bukittinggi didampingi MUI dan ormas Islam bersama-sama turun melakukan razia. Dalam razia itu ditemukanlah sejumlah pedagang “warkel” yang berjualan makanan di siang hari, dan itu bukan cerita bohong. Sejumlah PKL ditemukan membuka “Warkel” di siang hari bulan Ramadhan.

Yang paling menyedihkan, dari belasan pedagang “warkel” yang diinterogasi ternyata berkartu penduduk (KTP) Islam. Dari raut wajah mereka seolah tanpa salah membuka “warkel”. Ketika diinterogasi petugas diketahui pula bahwa mereka bukan orang baru yang membuka “warkel” di Bukittinggi tapi sudah berkali-kali disidangkan dengan kasus yang sama.

Masih adakah hak azasi mereka yang pantas dihargai ketika berkali-kali mereka mengulang “kemaksiatan” yang sama?. Hukum dunia saja agaknya tak mempan menyadarkan mereka apatah lagi hukum akhirat kelak yang lebih berat? Wallahu a’llam.

Malu awak sebagai orang Islam menyaksikan fenomena itu. Malu pula awak pada umat agama lain yang turut melihat dan mendengar perangai mereka melalui media massa. Di mana muka awak hendak disembunyikan ketika tahu saudara awak begitu perbuatannya? Besar benar aib yang dicorengkannya pada agama awak ini. “Ham hem hom” pula disebut-sebutnya. Apa Ham itu? “Hantu” agaknya?

Benar juga kata buya di surau tadi malam, tantangan besar umat Islam hari ini adalah “mengislamkan orang Islam”. Awak orang Islam, agama di KTP awak Islam, nenek kakek awak orang Islam pula, tapi kenapa perintah dan larangan Islam tak pula awak patuhi? Awak tinggal di Sumatera Barat tapi gaya awak meniru-niru orang barat pula.

Rasanya ingin pula Tuhan kembali mendatangkan gempa dan isu tsunami seperti tanggal 6 Maret 2007 silam. Biarlah ada gempa tapi masjid dan surau ramai. Awak berbondong-bondong datang ke mesjid. Tobat juga awak ketika itu agaknya. Tapi sudah tak ada gempa dan isu tsunami, bermaksiat lagi awak. Lupa agaknya awak pada tobat awak dulu. Tobat sambalado, hari ini ngaku tobat kepedasan besok tak ada lado kawan nasi berang berang pula awak sama bini. Benar-benar tak konsisten hidup awak.

Tapi syukurlah Tuhan masih sayang pula pada diri awak. Walaupun semua awak bermaksiat di dunia ini, namun nikmat Tuhan tetap juga Dia beri. Elok benar Tuhan pada awak. Kurang apalagi Tuhan? Awak saja yang kadang “kurang” ajar. Tak pandai bersyukur dan berterima kasih. Padahal Tuhan memberi tanpa pamrih.

Allah SWT berfirman; “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahmaan: 13). Wallahua’lam. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar