Muhammad Subhan
: palestina
Senja mulai menepi ketika ayah ikut mengungsi, anakku
menyelamatkan diri bersama ratusan rakyat sipil
yang tak mengerti akan kekejaman perang yang diterorkan
tentara-tentara sekutu dan rudal-rudal yang membumihanguskan
rumah, ladang, dan ternak-ternak mereka
ketika langit berwarna merah
dan darah menggenang di mana-mana
Ada jerit rintih menahan perih, anakku
ketika serpihan mortir merobek-robek tubuh mereka
dan timah-timah panas menembus jantung-jantung yang
tak lagi berdetak dan debu padang pasir yang mengkafani
tubuh-tubuh suci mereka
bersama kumandang azan magrib yang tak lagi
menggema di masjid-masjid kota itu
Perang meninggalkan duka dan luka yang teramat dalam, anakku
sedalam jurang yang membentang di antara lereng-lereng
tebing yang curam dan terjal
semuanya kucatat dan kurekam dalam benakku
sebagai wartawan yang bertugas meliput semuanya
konflik di negeri sengketa
yang entah kapan berakhir
dan kembali menghadirkan tawa di bibir
anak-anak negeri yang tak berdosa
Dan, jika Tuhan mentakdirkan ayah tidak kembali, anakku
syahid bersama ratusan syuhada
jangan pernah kau tangisi
kabarkan pada dunia tentang berita duka itu
sebagai kemenangan dan kebanggaan bagimu
dan teruskan perjuangan ini, membela saudara-saudara kita
walau senjata yang kau punya hanya setangkai pena
Anakku, ketika surat ini kau baca
kuharap kau berkenan mengirimkan untukku
sepenggal ayat-ayat surat al-fatihah
yang sering kuajarkan padamu, dulu
ketika kau baru mengenal ilmu
Salamku untuk ibumu tercinta
doanya selalu kunanti bersama mimpi dan kerinduan
di antara desingan peluru dan dentum meriam
di kota ini
Padang Panjang, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar