
SEJAK lama, Bukittinggi dikenal sebagai kota pusat pengembangan pariwisata di Sumatera Barat. Kota ini memiliki alam yang indah hingga tak salah sebutan Bukittinggi Kota Wisata pun dicanangkan mantan Gubernur Sumbar Ir. Azwar Anas pada tanggal 11 Maret 1984 silam.
Di kota ini, berbatasan dengan Kabupaten Agam, terdapat sebuah lembah sangat terkenal, yaitu Ngarai Sianok yang terletak pada sisi barat Kota Bukittinggi dengan kedalaman 100 meter serta mempunyai kemiringan antara 80 derajat sampai 90 derajat yang menjadi daya tarik pariwisata.
Memang, diam-diam saya mengagumi Bukittinggi. Kota ini bagai seorang gadis nan cantik jelita, menawan, menggoda, dan memberi kedamaian bagi siapa saja yang memandangnya.
Kerap saya dengar, Bukittinggi sering digumamkan orang bagai ‘kepingan surga' yang ‘dicampakkan’ Tuhan ke bumi. Udara kota ini disebut-sebut sebagai udara terbersih nomor tiga di dunia. Nyaris tak ada musim kemarau di Bukittinggi, kota yang selalu sejuk dan nyaman, baik pagi, siang maupun malam.
Wilayah Bukittinggi terletak antara 100,21 derajat sampai 100,25 derajat Bujur Timur dan 00,17 derajat sampai 00,19 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian 909-941 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara minimal 16,1 derajat celcius hingga maksimal 24,9 derajat celcius. Pada umumnya kota ini banyak turun hujan, rata-rata 2,381 milimeter per tahun dengan jumlah hujan rata-rata 193 hari per tahun dan kelembaban hawa berkisar antara minimal 82,0 persen hingga maksimal 90,8 persen.
Saya renung-renungkan, yang membuat Bukittinggi menjadi indah dan menawan, adalah faktor topografi daerahnya yang berbukit dan berlembah. Andai topografi kota ini datar atau tidak berbukit dan berlembah, mungkin, Bukittinggi sama saja dengan kota-kota lainnya di Sumbar. Namun, Bukittinggi telah menjadi kota yang sangat istimewa, bahkan sejak jaman ‘baheula'.
Setidaknya, ada 27 bukit yang menambah pesona keindahan Bukittinggi, yaitu Bukit Mandiangin, Bukit Ambacang, Bukit Umpang-Umpang, Bukit Pauah, Bukit Lacia, Bukit Jalan Aua Lam Pasa, Bukit Cindai, Bukit Campago, Bukit Gumasik, Bukit Gamuak, Bukit Guguk Bulek, Bukit Sangkuik, Bukit Apit, Bukit Pinang Sabatang, Bukit Jirek, Bukit Malambuang, Bukit Cubadak Bungkuk, Bukit Sarang Gagak, Bukit Tambun Tulang, Bukit Cangang, Bukit Parit Nantuang, Bukit Paninjauan, Bukit Sawah Laweh, Bukit Batarah, Bukit Panganak, Bukit Kandang Kabau dan Bukit Gulimeh.
Ada guyon yang kerap pula saya dengar; `apa beda Kota Bukittinggi dan Kota Padang?' Jawabnya; "Kalau memandang Kota Padang, mata orang datar saja. Tapi jika memandang Bukittinggi, mata orang akan melihat ke atas dan ke bawah'. Rupanya, di Bukittinggi banyak bangunan-bangunan yang didirikan di puncak dan lereng perbukitan bahkan di bawah lembah yang menambah keindahan mata orang yang memandang.
Ya, itulah Bukittinggi, kota wisata nan indah. Setidaknya, di kota ini, objek wisata dan sarana yang berkaitan dengan kegiatan wisata Bukittinggi tercatat sebanyak 41 buah, yaitu; Jam Gadang, Istana Bung Hatta, Monumen Bung Hatta, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Benteng Fort De Kock, Jembatan Limpapeh, Pasar Atas, Pasar Lereng, Pasar Bawah, Pasar Banto, Pasar Aur Kuning, Jenjang Empat Puluh, Jenjang Gudang, Jenjang Pasanggrahan, Kawasan Kampung Cina, Tugu Pahlawan Tak Dikenal, Medan Nan Balindung, Taman Panorama dan Lobang Japang serta Ngarai Sianok, Museum Tri Daya Eka Dharma, Kolam Renang Banto Laweh.
Selain itu, lapangan Olahraga Atas Ngarai, Lapangan Tenis Terbuka Atas Ngarai, Gedung Olahraga Atas Ngarai, Rumah Sakit Achmad Mochtar, Jenjang Seribu, Taman Panorama Baru, Lapangan Pacu Kuda, Komplek Kantor Walikota dan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Taman Makam Pahlawan Kesuma Bakti, Rumah Kelahiran Bung Hatta, Rest Area Garegeh, Pasar Simpang Aur, Lapangan Kantin, Rumah Sakit Stroke Nasional, Rumah Sakit Yarsi, Rumah Sakit TNI-AD, Rumah Sakit Medina, Hotel Berbintang dan non berbintang, rumah makan dan restoran, serta sejumlah banguna tua peninggalan Belanda dan Jepang.
Meski telah memiliki banyak objek wisata, namun Bukittinggi belum merasa puas untuk terus meningkatkan potensi pariwisatanya. Bahkan, ketika Rapat Koordinasi antara Pemrov Sumbar dengan bupati/walikota se Sumbar beberapa tahun lalu, Walikota Bukittinggi dalam eksposenya mengungkapkan sejumlah tantangan ke depan dalam pengembangan pariwisata Bukittinggi cukup kompleks.
Beberapa tantangan itu adalah upaya Pemerintah Kota Bukittinggi mewujudkan "Bukittinggi Pedestrian City" pada kawasan Pasar Atas dan sekitarnya meliputi kawasan Fort De Kock lama, melalui implementasi perencanaan revitalisasi kawasan perkotaan.
Yang tak kalah penting adalah melengkapi fasilitas pendukung dan objek-objek wisata baru dalam rangka menampung kebutuhan sesuai tema perjalanan wisata Bukittinggi, seperti; pengembangan terminal Aur Kuning, pembangunan Bukittinggi Islamic Centre di eks Pusido Gulai Bancah, pengembangan sarana rekreasi kereta gantung di kawasan Ngarai Sianok, pembangunan Water Park dan tempat bermain anak serta pembangunan gedung parkir dan garage di beberapa titik.
Dengan lengkapnya semua penunjang dunia pariwisata itu, tentu saja sasaran yang diharapkan tercapai adalah timbulnya kenangan indah yang mengesankan bagi wisatawan, terdapat kepuasan pelanggan/wisatawan, terjadinya kunjungan yang berulang-ulang dan semakin bertambah lama, terjadinya pembelian souvenir, kuliner, dan komoditas lain berulang-ulang serta terwujudnya penyelenggaraan wisata yang semakin efesien dan menguntungkan bagi pelaku bisnis wisata.
Jam Gadang yang menawan
Di antara sekian banyak objek wisata yang terdapat di Bukittinggi, saya cermati hanya Jam Gadang yang mendapat tempat istimewa di hati pengunjung/wisatawan. Tak ada seorang pun yang melewatkan kesempatan untuk ber'kodak-kodak' sejenak maupun menatap dan mengagumi keindahan Jam Gadang yang dibangun pada tahun 1926 itu.
Tak hanya pada hari libur, pada hari-hari biasa pun jumlah pengunjung yang menyinggahi taman Jam Gadang Bukittinggi cukup ramai. Puncak lonjakan pengunjung yang mendatangi taman Jam Gadang terjadi pada hari Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur lainnya.
Jam Gadang Bukittinggi dibangun oleh Controler Rock Maker yang lokasinya berada di pusat kota. Meski bangunan jam yang memiliki keganjilan pada angka empatnya ini didirikan oleh orang Belanda, namun perancangnya adalah putra asli Minangkabau yaitu Yazid dan Sutan Gigih Ameh.
Jam Gadang ini merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya yang menjulang tinggi, pengunjung dapat menikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi yang dihiasi oleh pemandangan Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago dan Ngarai Sianok.
Selain ditumbuhi bunga-bunga dan sejumlah pohon pelindung, di sekitar taman Jam Gadang juga terdapat sejumlah fasilitas tempat duduk yang digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan di sekitar taman itu. Tak jauh dari Jam Gadang, berdiri gedung Istana Negara Tri Arga Bung Hatta, monumen patung Bung Hatta, Plaza Bukittinggi sebagai pasar modernnya kota ini, serta Pasar Atas dan kawasan Kampung Cina sebagai pusatnya wisata souvenir dan kuliner yang selalu disinggahi pengunjung khususnya turis-turis mancanegara.
Cerita tentang taman Jam Gadang Bukittinggi, konon, tempat ini telah menjadi objek wisata `sakral' bagi segelintir orang. Pasalnya, menurut guyon pula, banyak orang yang memiliki kenangan indah yang bermula di taman ini. Ada yang mengawali karirnya dari pertemuan dengan sahabat lama di taman Jam Gadang, ada yang bertemu keluarga yang telah lama menghilang, bahkan taman ini pun telah menjadi awal pertemuan cinta kasih antara sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
Entahlah, itu hanya guyon yang tak seharusnya dibenarkan dan menjadi pembenaran, walau kenyataannya banyak orang yang mengakui tentang hal itu. Meski demikian, Jam Gadang Bukittinggi yang tetap kokoh meski gempa berkekuatan 6,2 SR pada Maret 2007 lalu sempat menghoyak kota ini, adalah simbol Rang Bukittinggi dan simbol Kotonya Rang Agam. Ya, Bukittinggi dan Agam adalah bagai `Aua jo Tabiang' yang tak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya.
Anda tertarik dan penasaran dengan keindahan Bukittinggi? Tak salah, jika pada suatu waktu, Anda dan keluarga Anda menyinggahi kota ini, merasakan kesejukan hawanya, dan mengukir kenangan yang tak kan pernah Anda lupakan sepanjang masa. (Catatan Muhammad Subhan)
Sumber: http://infojambi.com/if/trend-wisata-a-kuliner/6665-kepingan-surga-itu-bernama-bukittinggi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar