Sabtu, 02 Januari 2010

Bakti Anak kepada Orang Tua


Oleh: Muhammad Subhan

Seorang sahabat Nabi Muhammad s.a.w., khalifah pertama, Abu Bakar berkunjung ke Mekkah untuk mengerjakan ibadah umroh. Abu Qahafah, ayah beliau sedang duduk di muka pintu rumahnya. Kondisinya sudah sangat tua dan buta.

Saat Abu Bakar melintas, salah seorang tetangga berteriak, “Wahai Abu Qahafah, itu anakmu datang …”

Gembira ria sang ayah mendengar nama anaknya disebut orang. Rasa rindu seorang ayah membuatnya bangun dari duduknya. Namun bersamaan dengan itu pula, Abu Bakar melompat dari untanya lebih dulu menghampiri sang ayah. Budi bakti seorang anak. Walau dia adalah Pemimpin Negara. Khalifah. Namun tak sedikit pun menyiratkan sifat sombong.

“Wahai ayahku, janganlah engkau berdiri,” kata Abu Bakar dengan penuh hormat.

Khalifah Abu Bakar segera menemui ayahnya, memeluknya dan mencium kedua matanya yang buta. Sungguh bahagia Abu Qahafah memiliki seorang Abu Bakar yang sangat berbakti pada orang tua. Bakti Abu Bakar itu membuat iri para orang tua tetangga rumah ayahnya.

“Wahai Abu Qahafah, sungguh berbahagialah engkau memiliki seorang anak yang saleh dan berbakti,” kata para tetangganya.

Namun demikian, kecintaan sang ayah itu tetaplah dalam rangka mendidik. Sebagai seorang ayah, Abu Qahafah tetap menasehati Abu bakar bila ia berbuat kekeliruan. Ini pernah terjadi suatu saat. Abu Sufyan melakukan hal yang tidak patut. Khalifah Abu Bakar memanggilnya. Abu Bakar memarahinya dengan keras.

Kejadian itu didengar Abu Qahafah, ayah Abu bakar, ia segera bertanya, “Duhai anakku, siapakah orang yang telah engkau hardik itu?”

“Abu Sufyan.” Jawabnya singkat.

Lalu Abu Qahafah mendekati Abu Bakar. Dengan kalimat yang lembut, ia berkata, “Dengarkanlah anakku, sesungguhnya engkau telah melampaui batas dan bertingkah melebihi derajatmu.” []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar