Senin, 11 Januari 2010

Kisah Petualangan Aladdin, Ali Baba dan Sinbad


Judul : Sahara
Penulis : Nugraha Wasistha
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : 335 halaman
ISBN : 978-979-024-173-2

Apa yang akan terjadi jika tiga tokoh berlainan karakter dan hidup dalam zaman khayalan berbeda bertemu dalam sebuah cerita? Bisa ditebak tentu akan sangat menghebohkan. Inilah novel itu, “Sahara”, yang mempertemukan Sinbad, petualang yang menjadi muballig dengan si pencuri cilik, Ali Baba dan seorang Sultan muda yang misterius bernama Aladdin. Ketiganya menjadi kawan sekaligus lawan.

Kisah petualangan ketiga tokoh ini diawali dengan kehidupan glamour Abdul Karir, seorang pengusaha kaya yang juga sahabat Sinbad. Abdul Karir seorang yang durhaka kepada Allah karena hidup dalam kemaksiatan. Dia memiliki sebuah permata yang mahal dan diincar banyak orang, khususnya pencuri. Salah satu pencuri itu adalah Ali Baba.

Abdul Karir meinta bantuan Sinbad untuk menangkap Ali Baba yang berhasil mencuri permata itu, dan terjadilah kejar-kejaran yang menegangkan. Sinbad punya misi menyadarkan Ali Baba agar tidak tersesat hidupnya, meski Abdul Karir sendiri seorang yang inkar kepada perintah Allah. Karena kehebatannya Sinbad berhasil menangkap Ali Baba dan terjebak oleh prajurit Abdul Karir yang juga memburunya. Ketika itu, Abdul Karir meminta Sinbad agar menyerahkan Ali Baba kepadanya, namun Sinbad menolak lantaran ia ingin menyadarkan kejahatan yang dilakukan Ali Baba selama ini. Penolakan Sinbad itu membuat Abdul Karir berang lalu memrintahkan prajuritnya membunuh Sinbad dan Ali Baba. Namun sebelum bedil menyalak, tiba-tiba muncul permadani terbang yang merobohkan seluruh prajurit Abdul Karir. Di atas permadani itu duduk Aladdin.

Aladdin mulanya pemilik lampu ajaib dan ditolong jin sehingga menjadi sultan di sebuah negeri di Gurun Sahara . Ketika Aladdin sadar selama ini ia telah menyekutukan Allah, Aladdin berniat melenyapkan lampu ajaib itu. Namun permaisurinya menolak lalu menguasai lampu dan jin penghuni lampu ajaib itu. Aladdin pun tersingkir dari istana lalu kerajaannya dipimpin sang permaisuri bersama jin sakti.

Seorang perampok makam yang jahat, Roughstone dan anak buahnya, sejak lama berniat mencari lampu ajaib itu. Ketika Aladdin bersama Ali Baba dan Sinbad datang ke Sahara mereka bertemu dan bekerjasama menaklukkan jin sakti yang tidak lagi bertuan lantaran pemaisuri yang menguasai lampu itu telah meninggal dunia. Jin sakti pun menjadi makhuk jahat dan ingin membunuh mereka semua.

Gaya bahasa novel ini mengalir. Dialog-dialognya cerdas. Tidak ada karakter hitam dan putih. Sinbad yang muballig ternyata memiliki dendam yang samar. Ali Baba, Roughstone dan anak buahnya pun memiliki kebaikan. Yang lebih mengesankan adalah plot twist di akhir yang sepertinya wajib dimiliki novel fantasi.

Tokoh-tokoh dalam nove ini memiliki kedalaman dimensi masing-masing. Sinbad tampak perkasa dan tanpa kompromi terhadap orang tak beriman, dalam perjalanan cerita menemukan pelajaran yang menggoyahkan kekerasan dogmanya. Ali Baba yang super cerdik, tumbuh dengan egoisme tinggi dari seorang yang survive di alam keras, akhirnya menumbuhkan compassion terhadap orang lain. Bahkan tokoh-tokoh antagonis pun digambarkan memiliki karakter yang berdimensi. Dan, satu ciri yang kuat dalam novel ini adalah tempo ceritanya yang gesit, cepat dan tidak betele-tele. ***

Resensiator: Muhammad Subhan, wartawan dan peminat buku, berdomisili di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar