Oleh: Muhammad Subhan
Tujuan utama dari pendirian Persatuan Keluarga Silungkang (PKS) adalah untuk menjalin dan mempererat tali silaturahim antara sesama perantau asal Silungkang. Sebagai implementasinya, pengurus PKS Jakarta hampir setiap tahun berusaha mengadakan acara halal bihalal di setiap bulan Syawal. Sebelum adanya gedung pertemuan yang sekarang, acara halal bihalal diadakan di berbagai tempat, misalnya di Gedung Wanita di Jalan Diponegoro Jakarta pada tahun 1960, di Masjid Agung Al-Azhar Kebun Baru Jakarta pada tahun 1970, di GOR Bulungan Jakarta pada tahun 1980-an. Mulai tahun 1992, yaitu sejak berdirinya gedung pertemuan baru di Jalan Gotong Royong, Ciledug acara halal bihalal hampir setiap tahun diadakan di sana, dan selalu diramaikan dengan bazaar makanan khas dari kampuang halaman. Biasanya, warga PKS Jakarta tumpah ruah untuk menikmatinya sambil bersilaturahim dengan sesama.
Selain acara halal bihalal, sering juga diadakan acara Balai Okok yang banyak diminati warga selain untuk saling bertemu juga untuk malobuang makanan nostalgia dari kampuang. Di samping itu, pengurus PKS Jakarta juga selalu berusaha untuk hadir dalam setiap musibah yang dialami oleh warganya, misalnya dalam hal musibah kematian dan bencana lainnya.
Sumbangan untuk Kampung Halaman
Walaupun PKS adalah suatu perhimpunan bagi warga Silungkang di perantauan, namun setiap denyut kehidupan para dunsanak yang tinggal di kampung halaman PKS selalu berusaha hadir, baik dalam suka maupun duka. Sudah banyak bantuan-bantuan yang diberikan PKS kepada kampung halaman baik berupa bantuan pisik maupun dalam bentuk non pisik, antara lain:
1. Renovasi Gedung SDI
Pembangunan awal gedung sekolah (Sekolah Dagang Islam-SDI). Pada periode kepengurusan PKS Jakarta diketuai oleh H. Ajar Ruslan, yaitu pada tahun 1980 diselenggarakan acara reuni alumni SDI bertempat di Gelanggang Olah Raga (GOR) Bulungan, Jakarta. Reuni ini dihadiri oleh Pengurus PKS dan perantau yang tergabung dalam IK SDI. Dalam acara reuni ini dicapai kesepakatan untuk merenovasi gedung SDI karena dinilai kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan kurang layak untuk sarana pendidikan. Dana pertama untuk biaya renovasi tersebut berasal dari kas PKS Jakarta sebesar Rp8.240.000 dan kemudian ditambah dengan zakat perantau yang diperuntukkan bagi biaya renovasi gedung SDI ini sebesar Rp18.500.000. Pengumpulan dana selanjutnya untuk seluruh biaya renovasi yang mencakup penambahan dari 5 lokal menjadi 14 lokal kelas dimotori oleh H. Agusman Saleh. Akhirnya pekerjaan renovasi selesai pada tahun 1984. Peresmian pemakaian SDI setelah direnovasi dilakukan oleh Ir. H. Azwar Anas yang waktu itu menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat.
2. Puskesmas
Dipertengahan tahun 1980, dr. Nurlaili A. Fatah St. Malano, salah seorang putri dari A. Fatah St. Malano menghubungi Syafar Habib, S.H yang waktu itu menjabat sebagai ketua PKS Jakarta. Dr. Nurlaili menginformasikan bahwa pemerintah sedang mendorong partisipasi masyarakat untuk membangun Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat), sedangkan seluruh isi dan kelengkapan yang dibutuhkan oleh Puskesmas akan disediakan oleh pemerintah.
Informasi yang disampaikan oleh dr. Nurlaili tersebut kemudian dibahas dalam suatu pertemuan dikediaman H. Tommy H. Hamid yang dihadiri oleh beberapa orang tokoh masyarakat Silungkang di Jakarta. Dari pertemuan tersebut terkumpul sumbangan dari yang hadir sekitar Rp8 juta. Belakangan ditambah sumbangan dari perantau di Solo dan Surabaya hingga menjadi Rp10 juta.
Setelah dana terkumpul, langkah selanjutnya mencari lahan yang cukup untuk pembangunan Puskesmas tersebut. Dalam rangka itu, H. Munir Taher dan Syafar Habib pulang ke Silungkang. Di Silungkang mereka bertemu dengan Muluk Djalaludin Ayahda yang punya tanah dengan luas yang cukup besar di Lubuak Kubang, Silungkang. Beliau menawarkan tanah tersebut untuk pembangunan Puskesmas dengan catatan bahwa beliau dibuatkan rumah tinggal berdampingan dengan Puskesmas. Akhirnya tawaran ini disepakati dan pembangunan Puskesmas serta rumah tinggal untuk Muluk Djalaludin Ayahda pun mulai dibangun pada tahun 1981. Peresmian pemakaian Puskesmas ini dilaksanakan bersamaan dengan peresmian pemakain SDI setelah direnovasi, yaitu pada tahun 1984.
3. Mesjid Raya Silungkang
Pada tahun 1994, berkumpul beberapa orang tokoh masyarakat Silungkang Jakarta pada acara batogak rumah H. Nazir Achmad di Lubuak Kubang Silungkang yang waktunya bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Pembicaraan-pembicaraan akhirnya terfokus kepada masalah Masjid Raya Silungkang yang dinilai kondisinya perlu diperbaiki. Pada waktu itu secara spontan H. Firdaus, BA menyatakan bersedia menyumbang Rp100 juta dan Rp50 juta atas nama anak-anak beliau. Demikian juga dengan H. Djafar Turut, beliau juga langsung menyumbang sebesar Rp10 juta. Setelah rencana renovasi masjid ini siap, maka selain dari penyumbang di atas juga banyak masyarakat perantau yang menyumbang dalam jumlah yang bervariasi. Pekerjaan renovasi dimulai tahun 1995 dan selesai tahun 1996.
4. Tanah Sungai Kombuik
Pada tahun 1977, dalam suatu obrolan H. Harmon minta kepada H. Djamaris, Bupati Kabupaten Sawahlunto Sijunjung ketika itu yang sudah beliau kenal dengan baik untuk menghambat laju transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa masuk ke wilayah Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Caranya menurut H. Harmon, dengan merintis transmigrasi lokal. Jika disediakan lahan yang cukup, orang Silungkang bersedia untuk bertransmigrasi.
Sebagai tindak lanjut dari obrolan tersebut, atas permintaan Bupati Djamaris masyarakat Pulau Punjung akhirnya memberikan tanah seluas 100 hektare kepada orang Silungkang dengan syarat orang Silungkang harus membeli tanah seluas lebih kurang 1 hektare untuk sarana jalan menuju lokasi yang disediakan tersebut dengan harga pada waktu itu Rp2,5 juta. Untuk pembelian tanah seluas 1 hektare, ditawarkanlah kupon senilai Rp10 ribu kepada warga PKS Jakarta dengan imbalan dapat berusaha nantinya dilahan yang diberikan oleh masyarakat Pulau Punjung tersebut.
Sayangnya, setelah beberapa kali pergantian pengurus PKS Jakarta sampai sekarang pengurusan surat-surat kepemilikan tanah tersebut belum tuntas. Bukti yang ada pada PKS Jakarta hanya berupa dokumen serah terima yang ditanda-tangani oleh tujuh orang niniak mamak dari Pulau Punjung yang kabarnya sekarang tinggal satu orang yang masih hidup. Menurut keterangan pihak agraria, ada tiga hal yang berhubungan dengan kepemilikan tanah agar tidak diserobot orang, yaitu: 1) Surat yang sah, sertifikat atau surat girik, 2) ditempati atau digarap, dan 3) dipagar. Nah ketiga hal ini rupanya yang belum terlaksana.
5. Penobatan Gajah Tongga Koto Piliang
Dengan tujuan untuk “mambangkik batang tarandam”, pada tanggal tanggal 12 Desember 2002 diselenggarakan acara Malewakan Pangulu Pucuak Nan Balimo dan Penobatan Irwan Husein sebagai Gajah Tongga Koto Piliang di Silungkang. Penobatan Gajah Tongga Koto Piliang ini dilakukan oleh Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung H.M.S Taufiq Thaib, S.H Gelar Tuanku Mudo Mahkoto Alam sebagai pewaris kerajaan Pagaruyung.
Dalam sambutannya, H.M.S Taufiq Thaib, S.H menjelaskan bahwa Gajah Tongga Koto Piliang merupakan salah satu kebesaran Langgam Nan Tujuah Koto Piliang dan sebagai pucuk adat Kanagarian Silungkang dan Padang Sibusuak. Gajah Tongga Koto Piliang ini adalah panglima wilayah selatan dalam alam Minangkabau. Konon, di bawah pimpinan Gajah Tongga Koto Piliang ini pasukan hulubalang Minangkabau dapat mengalahkan dan menghancurkan serangan dari pasukan Singosari yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu I pada tahun 1276 Masehi. Pertempuran besar-besaran ini terjadi di suatu lembah sempit yang pada waktu itu dikenal dengan Lembah Bukit Kupitan dan Sungai Batang Kariang. Karena banyaknya mayat bergelimpangan dan tidak sempat dikuburkan menimbulkan bau yang sangat busuk, maka tempat itu kemudian dikenal dengan nama Padang Sibusuk.
Acara Malewakan Pangulu Pucuak Nan Balimo beserta seluruh perangkat adat dan Penobatan Irwan Husein sebagai Gajah Tongga Koto Piliang juga dihadiri oleh Gubernur Sumbar, Zainal Bakar dan Walikota Sawahlunto Drs. Soebari Sukardi serta ribuan warga Silungkang dan perantauan tersebut diharapkan dapat menjadi motivasi bagi anak nagari Silungkang untuk mendalami dan memahami dasar-dasar dalam menata kembali kehidupan banagari, membangun nagari serta memajukan dan mencerdaskan sumber daya manusia anak nagari. Penyelenggaraan acara ini adalah juga wujud perhatian dan sumbangan PKS terhadap kampung halaman sendiri. []
[Sumber bahan tulisan dari Pengurus Persatuan Keluarga Silungkang Jakarta untuk Majalah Rantau Pemprov Sumbar, 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar