Muhammad Subhan
Bukan perempuan yang tak mau menerima cintanya namun ia yang hanya diam membisu tak bisa menerima kata cinta dan tak bisa pula mengungkapkannya, maka tak pernah ada cinta yang menepi di hatinya.
Dia lelaki yang tak mempunyai hati hingga cinta tak pernah ia dapati. Lalu ia pun disorak kawan-kawannya sebagai lelaki yang tak laku-laku, padahal banyak perempuan yang merindukan cintanya dan kini masih menyendiri hingga ada yang bunuh diri. Tapi ia tak pernah peduli. Katanya, hatinya telah mati seperti karang di lautan yang dihempas ganasnya ombak. Ia hanya ingin menyetubuhi dirinya sendiri dan memiliki cinta sendiri tanpa dibagi-bagi kepada siapapun termasuk kepada seorang perempuan manapun.
Dia manusia egois yang tak peduli dengan sosok perempuan secantik apapun rupa perempuan itu. Yang ia tahu ia telah lahir dari rahim seorang perempuan yang dia sendiri tidak mengharapkan kelahirannya. Tentu saja karena ibunya adalah seorang pelacur jalanan dan entah dari benih lelaki mana ia tercipta. Lalu ia membenci semua perempuan meski bencinya tak beralasan. Ia mengembara dari satu kota ke kota lainnya hanya untuk membunuhi para perempuan yang melacurkan dirinya kepada laki-laki yang membayarnya dengan harga sangat murah. Ia tak peduli siapa perempuan yang ia habisi karena kebenciannya telah mendarah daging hingga ia pun tidak mengenal dirinya sendiri.
Ya, hatinya telah mati.
Rumah Puisi, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar