Oleh: Muhammad Subhan
SAYA sebenarnya tidak begitu percaya pada angka-angka. Tapi ternyata, hidup ini juga penuh dengan angka-angka. Ibarat Matematika pula kata orang. Penuh misteri.
Begitupula soal bencana yang akhir-akhir ini beruntun menimpa tanah air. Tak hanya sekali dua kali. Sudah berkali-kali pula. Berulang. Berbilang dan selalu banyak nyawa melayang.
Anehnya, soal angka tadi, dari satu tragedi dengan tragedi lainnya, angka pada tanggal, bulan dan tahunnya, hampir ada pula kemiripan. Begitupula dengan bilangan-bilangan lainnya terkait bencana itu sendiri. Entahlah, apa bisa pula dikait-kaitkan, mana tahulah awak.
Dan, tiada niat hendak mendahului Tuhan atau ingin pula seperti ahli Astrologi berbicara soal tragedi dan angka-angka ini. Tapi, setidaknya beberapa fakta bencana di tanah air berikut ini, sedikit banyak terkait pula soal angka-angka.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 bulan 1, pesawat Adam Air dan KM Senopati kecelakaan. Satu lawan satu, meski satu di udara dan satu di laut. Semua penumpang Adam Air belum ditemukan dan begitu pula sebagian penumpang KM Senopati juga belum ada kabar beritanya.
Tanggal 2 bulan 2, banjir hebat melanda Jakarta dan beberapa kota lainnya. Sekitar 70 nyawa melayang. Puluhan triliun untuk nilai infrastruktur yang rusak.
Begitupula, tanggal 3 bulan 3, KM Levina I juga merenggut nyawa manusia. Tak hanya penumpang, tapi juga wartawan yang meliput ke TKP. Dan, pada tanggal itu pula galodo terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Masih ada lagi, tanggal 7 bulan 3 tahun 2007 (7-3-07), pesawat Garuda Boeing “737” kecelakaan dan menewaskan 21 orang. Garuda terbakar pada jarak 400 meter dari landasan. Lagi-lagi tragedi pesawat udara.
Dan sehari sebelumnya, tanggal 6 bulan 3, gempa bumi berkekuatan 6,3 menghoyak Sumatra Barat. Sedikitnya 73 korban meninggal dunia. Ribuan rumah, gedung perkantoran, masjid, sekolah, rusak parah. Ranah Minang berduka.
Sekilas diperhatikan semua angka-angka itu, ada angka kembar dan punya kecocokan. Dan, semuanya terjadi pula setiap bulannya. Tak tahu kita, apapula bencana pada bulan 4 mendatang. Semoga saja tidak ada lagi bencana yang selalu menghadirkan air mata.
Namun yang jelas, sebagai umat beriman, hendaknya Tuhan kembali kita hadirkan di masing-masing hati kita. Sebab, bencana bukan hanya karena ada “niat” alam bosan bersahabat dengan manusia, tapi juga karena ada “kesempatan” kita melupakan Tuhan. Waspadalah, waspadalah!
Ya, agar jangan ada lagi angka-angka yang dikait-kaitkan dengan bencana. Bisa syirik kita. Semoga, selalu damailah dunia… Wallahu a’llam. []
(Dimuat di Kolom Refleksi Koran Haluan, 15 Maret 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar